Advertisement

Promo November

Uni Eropa Khawatir Terjadi Perang Besar-besaran Setelah Kematian Yahya Sinwar, Desak Israel Mundur

Newswire
Sabtu, 19 Oktober 2024 - 10:27 WIB
Abdul Hamied Razak
Uni Eropa Khawatir Terjadi Perang Besar-besaran Setelah Kematian Yahya Sinwar, Desak Israel Mundur Warga Palestina melintas di jalan yang dikelilingi bangunan yang hancur akibat serangan Israel di Kota Khan Younis, Jalur Gaza Selatan, Jumat (12/4/2024). Antara/Xinhua - Rizek Abdeljawad

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Kematian pemimpin Hamas Yahya Sinwar "harus menjadi titik balik" dalam konflik Timur Tengah. Uni Eropa khawatir terjadi perang besar-besaran setelah kematian Yahya Sinwar di Timur Tengah.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell dalam sebuah unggahan blog memperingatkan bahwa kawasan Timur Tengah "berada di ambang perang besar-besaran,".

Advertisement

Dia juga menilai bahwa "kematian Yahya Sinwar harus menjadi titik balik pada saat siklus kekerasan baru melanda seluruh Timur Tengah." "Kematian pemimpin Hamas Yahya Sinwar "harus menjadi titik balik" dalam konflik Timur Tengah," katanya pada Jumat (18/10/2024).

BACA JUGA: Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Tewas Dibunuh Israel

Pada Kamis malam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memastikan kematian Sinwar di Gaza, dan mengancam bahwa "perang belum berakhir." Militer Israel kemudian memastikan kematiannya di Gaza terjadi "secara kebetulan."

Sebelumnya pada Jumat, Hamas, melalui pejabatnya Khalil al-Hayya, mengonfirmasi kematian Yahya Sinwar, dengan menyebutnya sebagai "pahlawan yang berjuang melawan pasukan Israel hingga nafas terakhirnya."

Borrell menyerukan kepada Uni Eropa untuk bekerja pada lima poin, termasuk bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan upaya untuk menemukan solusi politik terhadap masalah tersebut.

"Hampir semua yang membuat suatu masyarakat berfungsi telah hancur menjadi puing-puing," ujarnya, merujuk pada Jalur Gaza dan kurangnya kebutuhan dasar seperti makanan dan obat-obatan.

"Ada hak untuk membela diri, tetapi tidak ada hak untuk balas dendam," katanya, mengecam serangan Israel terhadap warga sipil dan menambahkan bahwa Israel "mengulangi perilaku ini dalam perang di Tepi Barat dan Lebanon."

"Cara tidak proporsional yang digunakan Israel dalam beroperasi di Gaza tidak memberikan harapan baik bagi perlindungan warga sipil di Tepi Barat dan Lebanon. Ini harus dihentikan," tambahnya.

Borrell juga mengecam Israel karena menyerang pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon, dengan menekankan bahwa "tidak ada aksi militer yang dapat membawa masa depan yang aman bagi rakyat di kawasan itu."

Israel melukai penjaga perdamaian Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) dalam serangkaian serangan minggu lalu, yang memicu kecaman internasional atas serangan yang disengaja terhadap pasukan PBB yang melanggar hukum internasional.

"Dengan pengeboman unit-unit UNIFIL – dan melukai empat tentara – Pasukan Pertahanan Israel telah melewati batas," katanya. Di masa depan, UNIFIL harus diberikan mandat yang lebih kuat untuk memastikan perdamaian di perbatasan," tambahnya.

UNIFIL didirikan pada Maret 1978 untuk memastikan penarikan Israel dari Lebanon dan membantu Pemerintah Lebanon memulihkan otoritas di wilayah tersebut.

Mandatnya telah diperluas selama bertahun-tahun, terutama setelah perang Israel-Hizbullah tahun 2006, untuk memantau gencatan senjata dan memfasilitasi bantuan kemanusiaan.

Borrell juga mendesak Israel untuk "mundur dari wilayah Lebanon."

Israel secara dramatis meningkatkan pengebomannya di seluruh Lebanon terhadap apa yang diklaim sebagai target-target Hizbullah sejak 23 September, yang telah menewaskan lebih dari 1.500 orang, melukai lebih dari 4.500 lainnya, dan memaksa lebih dari 1 juta orang mengungsi.

Kampanye serangan udara itu merupakan eskalasi dari setahun perang lintas batas antara Israel dan Hizbullah sejak dimulainya serangan Israel di Jalur Gaza, di mana Israel telah menewaskan setidaknya 42.500 orang, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak, sejak serangan Hamas tahun lalu.

Meskipun ada peringatan internasional bahwa Timur Tengah berada di ambang perang regional akibat serangan Israel yang tak henti-hentinya di Gaza dan Lebanon, pada 1 Oktober, Israel memperluas konflik dengan melancarkan serangan ke Lebanon selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kisah Ilustrator, Dari Banguntapan, Gundala dan Gojira Menyala di GBK

Bantul
| Jum'at, 22 November 2024, 08:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement